Cari Blog Ini

Minggu, 09 Desember 2012

Sajak Joki Tobing untuk Widuri


        Willibrordus Surendra Bawana Rendra atau lebih dikenal dengan WS.Rendra, merupakan salah satu penyair ternama Indonesia yang dikenal dengan berbagai karya-karyanya.  WS.Rendra lahir di Solo, Jawa Tengah 7 November 1935.  WS.rendra meninggal di Depok, Jawa Barat 6 Agustus 2009, beliau meninggal pada usia 73 tahun.
            Begitu pun dengan puisi yang Rendra buat pada tahun 1977 ini yang berjudul “Sajak Joki Tobing untuk Widuri”. Pada kalimat pertama puisi Rendra disebutkan “dengan latar belakang gubug-gubug karton”.  Dalam kalimat tersebut dapat dijelaskan mengenai kondisi awal dari keadaan si aku larik. Gubug-gubug karton sangat identik dengan satu keadaan, yaitu kemiskinan.
            Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana termuat dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar 1945. Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terus-menerus menjadi masalah yang berkepanjangan.
Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana terjadi suatu keadaan yang serba kurang dari hal-hal yang biasanya dimiliki oleh setiap orang.  Hal-hal yang biasanya dimiliki oleh setiap orang misalnya makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum.  Semua faktor tersebut berkaitan erat dengan kualitas hidup, semua memiliki keterbatasan untuk memilikinya.
            Kemiskinan juga kadang bermakna bahwa tidak ada ketersediaannya pendidikan dan perkerjaan yang layak yang mampu menyelesaikan masalah kemiskinan tersebut.  Indonesia terkenal dengan kemiskinannya maka dari itu Indonesia dijuluki Negara berkembang.  Sebutan “Negara Berkembang” biasanya dirujukan kepada Negara-negara miskin.
            Merupakan persoalan mudah bagaimana mengenali kemiskinan dalam kehidupan sehari-hari.  Kehidupan keluarga miskin sangat kontras dengan keluarga yang berkecukupan, semua itu dapat kita lihat dari segi sandang dan papan.  Faktor keterbatasan pangan dan gizi merupakan salah satu hal yang samar-samar kita lihat. 
            Banyak sekali yang menjadi faktor penyebab dari kemiskinan, kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
  • penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
  • penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
  • penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
  • penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
  • penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Kemiskinan merupakan salah satu masalah Negara Indonesia yang terus berkelanjutan.  Kemiskinan pun merupakan salah satu masalah Negara Indonesia yang sangat serius.
Begitupun dengan penggalan puisi Rendra tersebut berarti sebuah keadaan dimana segalanya serba kekurangan.  Mulai dari cara memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bagaimana cara menghidupi dirinya sendiri. Gubuk-gubuk karton cukup menjelaskan bagaimana keadaan si aku larik dengan kondisi sangat kekurangan. 

           
Aku terkenang akan wajahmu


Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah penariserimpi di keraton Surakarta. Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya.
Pada penggalan puisi milik Rendra diatas dapat kita artikan bahwa si aku larik atau si Joki Tobing ini teringat akan atau merindukan wajah Widuri. Teringat akan semua cerita yang pernah terjalin antara Joki Tobing dan Widuri, dan mengenang semua cerita yang pernah dilalui mereka berdua. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa telah terjadi sebuah cerita antara Joki Tobing dan Widuri.


Diatas debu kemiskinan


Bakat sastra Rendra sudah mulai terlihat ketika ia duduk di bangku SMP. Saat itu ia sudah mulai menunjukkan kemampuannya dengan menulispuisicerita pendek dan drama untuk berbagai kegiatan sekolahnya. Bukan hanya menulis, ternyata ia juga piawai di atas panggung. Ia mementaskan beberapa dramanya, dan terutama tampil sebagai pembaca puisi yang sangat berbakat.
Dalam kalimat “Diatas debu kemiskinan”  dapat ditafsirkan bahwa kerinduan Joki Tobing kepada Widuri berada diantara situasi yang sangat serba kekurangan.  Debu dalam kalimat diatas dapat ditafsirkan bahwa kemiskinan itu seperti kotoran yang sangat banyak dan berserakan. Begitupun dengan kemiskinan pada saat ini sudah sangat tidak terkendali dan sudah sangat banyak sekali keluarga ataupun lapisan masyarakat yang kekurangan atau miskin.


Aku bediri menghadapmu

Usaplah wajahku Widuri


Ia petama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui majalah Siasat. Setelah itu, puisi-puisinya pun lancar mengalir menghiasi berbagai majalah pada saat itu, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal itu terus berlanjut seperti terlihat dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun 60-an dan tahun 70-an.
Dalam kalimat diatas dapat ditafsirkan bahwa Joki Tobing sedang membayangkan Widuri.  Joki Tobing membayangkan apabila dia berada dihadapan Widuri dan mengharapkan Widuri mengusap wajah Joki Tobing seperti dahulu ketika Widuri pernah mengusap wajah Joki Tobing. 


Mimpi remajaku gugur


"Kaki Palsu" adalah drama pertamanya, dipentaskan ketika ia di SMP, dan “Orang-Orang di Tikungan Jalan” adalah drama pertamanya yang mendapat penghargaan dan hadiah pertama dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Pada saat itu ia sudah duduk di SMA. Penghargaan itu membuatnya sangat bergairah untuk berkarya. Prof. A. Teeuw, di dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II (1989), berpendapat bahwa dalam sejarah kesusastraan Indonesia modern Rendra tidak termasuk ke dalam salah satu angkatan atau kelompok sepertiAngkatan 45Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an. Dari karya-karyanya terlihat bahwa ia mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri.
Dalam Kalimat diatas dapat ditafsirkan jika semua yang diinginkan, semua yang diharapkan, dan semua yang diangan-angankan oleh Joki Tobing tidak sama sekali terlaksanakan. Semuanya itu gugur bagaikan daun-daun dimusim gugur.  Ketika sebuah pohon yang masih dipenuhi oleh dedaunan kemudian daun-daun tersebut satu persatu berguguran.  Pohon yang tadinya dipenuhi dengan dedauan pun akhirnya kehilangan dedaunannya, seperti gundul.  Keadaan Joki Tobing disini pun sangat kontas dengan keadaan dimana ia berada sekarang, diantara lapisan social yang sangat rendah.


Diatas padang pengangguran


Pada tahun 1967, sepulang dari Amerika Serikat, ia mendirikan Bengkel Teater yang sangat terkenal di Indonesia dan memberi suasana baru dalam kehidupan teater di tanah air. Namun sejak 1977 ia mendapat kesulitan untuk tampil di muka publik baik untuk mempertunjukkan karya dramanya maupun membacakan puisinya. Kelompok teaternyapun tak pelak sukar bertahan. Untuk menanggulangi ekonominya Rendra hijrah ke Jakarta, lalu pindah ke Depok. Pada 1985, Rendra mendirikan Bengkel Teater Rendra yang masih berdiri sampai sekarang dan menjadi basis bagi kegiatan keseniannya.
Dalam kalimat diatas merupakan suatu keadaan yang dialami oleh Joki Tobing.  Ia adalah seorang pengangguran.  Pengangguran adalah suatu kondisi di mana orang tidak dapat bekerja, karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan. Ada berbagai macam tipe pengangguran, misalnya pengangguran teknologis, pengangguran friksional dan pengangguran struktural. Tingginya angka pengangguran, masalah ledakan penduduk, distribusi pendapatan yang tidak merata, dan berbagai permasalahan lainnya di negara kita menjadi salah satu faktor utama
rendahnya taraf hidup para penduduk di negara kita.
Beberapa 2 faktor yang mendasari banyaknya pengangguran:
1.                  Faktor Pribadi
Faktor pribadi ini dapat diakibatkan oleh factor kemalasan, cacat/udzur dan rendahnya pendidikan dan keterampilan.  Berikut saya lampirkan penjelasan-penjelasannya:
·        Kemalasan
Rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar Rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban, dll.  Sebenarnya kita dapat melawan rasa kemalasan tersebut karena malas hanya akan menghentikan langkah kita untuk maju.
·        Faktor cacat/udzur
Faktor ini pun sangat mendasari banyaknya pengangguran di Negeri ini.  Ada ungkapan bahwa siapa yang kuat dia yang akan bertahan hidup.  Seperti hukum rimba.  Begitupun dengan faktor-faktor yang medasari pengangguran, Bagi seseorang yang normal akan sangat berbeda jauh dengan seseorang yang kebetulan kurang beruntung seperti seseorang yang normal.  Begitupun dengan pendapatan perkerjaannya, seseorang yang normal akan lebih mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dibanding dengan seseorang yang kurang beruntung.
·        Faktor rendahnya pendidikan dan keterampilan.
Rendahnya pendidikan adalah factor yang sangat utama.  Saat ini sekitar 74% tenaga kerja Indonesia adalah mereka yang berpendidikan rendah, yaitu SD dan SMP. Dampak dari rendahnya pendidikan ini adalah rendahnya keterampilan yang mereka miliki. Belum lagi sistem pendidikan Indonesia yang tidak fokus pada persoalan praktis yang dibutuhkan dalam kehidupan dan dunia kerja. Pada akhirnya mereka menjadi pengangguran intelek.
2.                  Faktor Sosial Ekonomi
Faktor ini merupakan penyebab utama meningkatnya pengangguran di Indonesia, di antaranya:
·        Ketimpangan antara penawaran tenaga kerja dan kebutuhan
Tahun depan diperkiraan akan muncul pencari tenaga kerja baru sekitar 1,8 juta orang, sedangkan yang bisa ditampung saat ini dalam sektor formal hanya 29%. Sisanya di sektor informal atau menjadi pengangguran.
·        Kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat
Kebijakan Pemerintah yang lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi bukan pemerataan juga mengakibatkan banyak ketimpangan dan pengangguran.
·        Pengembangan sektor ekonomi non-reald.
Pertumbuhan uang beredar yang jauh lebih cepat daripada sektor real ini mendorong inflasi dan penggelembungan harga aset sehingga menyebabkan turunnya produksi dan investasi di sektor real
·        Banyaknya tenaga kerja wanita
Jumlah wanita pekerja pada tahun 1998 ada sekitar 39,2 juta.Jumlah ini terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan jumlah tenaga kerja wanita ini mengakibatkan persaingan pencari kerja antara wanita dan laki-laki. Akan tetapi, dalam sistem kapitalis, untuk efesiensi biaya biasanya yang diutamakan adalah wanita karena mereka mudah diatur dan tidak banyak menuntut, termasuk dalam masalah gaji. Kondisi ini mengakibatkan banyaknya pengangguran di pihak laki-laki.


Ciliwung keruh
Wajah-wajah nelayan keruh


Baru pada usia 24 tahun, ia menemukan cinta pertama pada diri Sunarti Suwandi. Dari wanita yang dinikahinya pada 31 Maret 1959 itu, Rendra mendapat lima anak: Teddy Satya Nugraha, Andreas Wahyu Wahyana, Daniel Seta, Samuel Musa, dan Klara Sinta. Satu di antara muridnya adalah Bendoro Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat, putri darah biru Keraton Yogyakarta, yang bersedia lebur dalam kehidupan spontan dan urakan di Bengkel Teater. Tugas Jeng Sito, begitu panggilan Rendra kepadanya, antara lain menyuapi dan memandikan keempat anak Rendra-Sunarti.
Ci Liwung atau, secara salah kaprah namun lebih populer, Sungai Ciliwung, adalah sebuah sungai besar di Pulau Jawa. Wilayah yang dilintasi Ci Liwung adalah Kota BogorKabupaten BogorKota Depok, dan Jakarta.  Hulu sungai ini berada di dataran tinggi yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, atau tepatnya di Gunung GedeGunung Pangrango dan daerah Puncak.
Setelah melewati bagian timur Kota Bogor, sungai ini mengalir ke utara, di sisi barat Jalan Raya Jakarta-Bogor, sisi timur Depok, dan memasuki wilayah Jakarta sebagai batas alami wilayah Jakarta Selatan danJakarta Timur.
Di daerah Manggarai aliran Ci Liwung banyak dimanipulasi untuk mengendalikan banjir. Jalur aslinya mengalir melalui daerah Cikini, Gondangdia, hingga Gambir, namun setelah Pintu Air Istiqlal jalur lama tidak ditemukan lagi karena dibuat kanal-kanal, seperti di sisi barat Jalan Gunung Sahari dan Kanal Molenvliet di antara Jalan Gajah Mada dan Jalan Veteran. Di Manggarai, dibuat Banjir Kanal Barat yang mengarah ke barat, lalu membelok ke utara melewati Tanah Abang, Tomang, Jembatan Lima, hingga ke Pluit.
Dalam pengggalan puisi Rendra tersebut dijelaskan bahwa gambaran dari kondisi saat ini.  Daerah Ciliwung cukup menjelaskan daerah yang kebanyakan dalam lapisan social yang kurang.  Masyarakat yang tinggal di daerah Ciliwung sebagian besar adalah masyarakat menengah kebawah. Ciliwung keruh dan wajah-wajah nelayan keruh adalah sebuah pengibaratan dari sungai Ciliwung yang keruh dengan keadaan perekonomian yang sama-sama semerawut.  Sudah terlalu banyak sekali pikiran yang kian membebani pikiran mereka, bagaimana mereka dapat menghidupi keluarganya. 

Lalu muncullah rambutmu yang berkebaran


Ujung-ujungnya, ditemani Sunarti, Rendra melamar Sito untuk menjadi istri kedua, dan Sito menerimanya. Dia dinamis, aktif, dan punya kesehatan yang terjaga, tutur Sito tentang Rendra, kepada Kastoyo Ramelan dari Gatra. Satu-satunya kendala datang dari ayah Sito yang tidak mengizinkan putrinya, yang beragama Islam, dinikahi seorang pemuda Katolik. Tapi hal itu bukan halangan besar bagi Rendra. Ia yang pernah menulis litani dan mazmur, serta memerankan Yesus Kristus dalam lakon drama penyaliban Cinta dalam Luka, memilih untuk mengucapkan dua kalimat syahadat pada hari perkawinannya dengan Sito, 12 Agustus 1970, dengan saksi Taufiq Ismaildan Ajip Rosidi.
Dapat ditafsirkan jika Widuri datang menemui Joki Tobing yang sedari tadi sedang melamun.  Dengan rambutnya yang panjang dan terurai rapih yang tersibak oleh kencangnya angin.

Kemiskinan dan kelaparan
Membangkitkan keangkuhanku
Wajah indah dan rambutmu
Menjadi pelangi cakrawalaku


Setelah sempat sakit-sakitan, akhirnya penyair WS Rendra (75 tahun) meninggal dunia. Budayawan tersebut meninggal setelah sempat keluar dari RS yang merawatnya. Rendra meninggal pada Kamis (6/8/2009) pukul 22.10 WIB di RS Mitra Keluarga Depok.
Segala kondisi kemiskinan yang berujung dengan kelaparan tidak membuat Joki Tobing menyerah akan cintanya kepada Widuri.  Kehadiran Widuri dalam hidup Joki Tobing sangatlah berpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup Joki Tobing.  Sosok Widuri yang sangat cantik dengan rambut panjangnya yang indah terurai, dengan sibakan angin yang membuat rambut Widuri tersibak semakin indah.  Membuat Joki Tobing lebih kuat. Segala kondisi Joki Tobing pun seakan runtuh dengan kekuatan cintanya. Kehadiran Widuri sangat berarti di kehidupan Joki Tobing semuanya hanya ibarat kerikil saja.  Hidup Joki Tobing lebih berwarna, seperti halnya pelangi merah, kuning, hijau, kuning, jingga dan ungu.***

Teori-teori sosial :
Positivistic merupakan paradigma ilmu pengetahuan yang paling awal muncul dalam dunia ilmu pengetahuan.keyakinan faham aliran ini pada ontology realisme yang menyatakan bahwa realitas ada (exist) dalam kenyataan berjalan sesuai dengan hukum alam (natural lows). Upaya penelitian untuk mengungkapkan kebenaran realitas yang ada, dan bagaimana sesungguhnya realitas itu berjalan. Positivis muncul pada abad 19 yang dipelopori oleh Auguste Comte.
Kaum positivistic mempercayai masyarakat merupakan bagian dari alam dan bahwa metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukumnya. Comte mempercayai penemuan dalam hukum-hukum alam akan membukakan batas-batas yang pasti yang melekat dalam kenyataan social, dan ia menilai masyarakat bagaikan suatu kesatuan organic yang kenyataanya lebih dari jumlah bagian yang saling tergantung, tetapi tidak mengerti kenyataan ini. Oleh karena itu, metode penelitian empiris harus digunakan dalam kenyakinan bahwa masyarakat merupakan suatu bagaian seperti halnya gejala fisik.         
Ilmu social positivistic digali dari beberapa pemikiran dari tokoh-tokohnya yakni Saint Simon (Prancis), Auguste Comte (Prancis), Herbert Spencer (Inggris), Emile Durkheim (Prancis), Vilfredo Pareto (Italia). Saint Simon menggunakan metodologi ilmu alam dalam membaca realitas sosial masyarakat, ia mengatakan bahwa dalam mempelajari masyarakat harus menyeluruh dikarenakan gejala sosial saling berhubungan satu dengan yang lain dan sejarah perkembangan masyarakat sebennarnya menunjukan suatu kesamaan.
Cara berfikir manusia mulanya bersifat teologis, spekulatif tetapi kemudian berkembang mendekati kenyataan bersifat konkreat, oleh karena itu bersikap positif dan ilmiah. August Comte. Comte membagi sosiologi menjadi dua macam social dinamik dan social statis. Sosiologiu merupakan social dinamik yang digambarkan dengan teori yang menggambarkan kemajuan dan perkembangan masyarakat manusia. Comte menggambarkan bahwa sejarah umat manusia pada dasarnya merupakan ditentukan oeh pertumbuhan dari pemikiran manusia dan ilmu social merupakan haruslah merupakan hukum tentang perkembangan intelegensi manusia.
Perkembangan pemikiran manusia menurut Comte terbagi menjadi tiga macam teologi kerangka berfikirnya dalam tingkat pemikirannya menganggap bahwa setiap gejala terjadi dan bergerak berada dibawa pengaruh supra natural, metafisik dengan kerangka berfikir abstrak; menganggap bahwa alam semesta dan segala isi diatur adanya gerak perubahan oleh hukum–hukum alam, dan ilmiah dengan kerangka berfikir positivisktik yang beranggapan gejala alam dan isinya dapat dipahami dan diterangkan oleh kenyataan-kenyataan objektif/positif. (Hotman M. Siahaan, Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi).
Herbert Spencer, menurut spencer bahwa objek dari ilmu social hubungan timbal balik dari unsur-unsur masyarakat seperti pengaruh norma-norma tas kehidupan keluarga, hubungan antara lembaga politik dan lembaga keagamaan. Unsur dalam masyarakat memiliki hubugan yang tetap dan harmonis dan merupakan suatu integrasi. (Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar).
Spencer memiliki kepercayaan bahwa manusia bersifat merdeka, dan setiap individu dengan bebas menggunakan adatnya, serta kebebasan itu harus tetap dijaga agar tidak dapat mengganggu kebebasan yang lain. Ia juga menjelsakan tentang pentingnya lembaga sosial dalam membentuk karakter individu, dan hubungan manusia dengan masyarakat merupakan proses dua jalur.
Dimana individu mempengaruhi masyarakat dan masyarakat mempengaruhi individu. Spencer dalam memandang masyarakat mengunakan teori evolusi dari evolusi universal berubah menjadi evolusi homogen tidak menentu menjadi evolusi hetrogen dan menentu. Masyarakat menurutnya perkembangannya dari sederhana, menuju kompleks dan terspesialisasi. Ia dalam memandang masyrakat menggunakan analogi organisme sebagaimana dalam ilmu biologi. Secara sederhana menurut Spencer bahwa masyarakat dibentuk oleh individu. (Hotman M. Siahaan, Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi).
Perbedaan pemikiran antara Comte dan Spencer tetapi saling melengkapi dalam tradisi ilmu sosial yang bercorak positivistic, Comte dalam memandang masyarakat dengan cara menjelaskan perkembangan ersepsi manusia, menekankan perlunya aktualisasi ide, dan Spencer menekankankan perlunya aktualisasi benda.
Comte berusaha menginterpretasikan genetic dari fenomena yang membentuk alam dan Spencer menafsirkan genetic dari feomena yang membentuk alam. Comte lebih bersifat subjektif sedangkan Spencer bersifat objektif. Spencer tidak hanya tertarik pada perkembangan ide, tetapi mengembangkan ide pada perubahan korelatif dalam organisasi social, tertib social struktur, maupun progress. Teori yang dimiliki oleh Spencer berupa analisa objektif seperti untuk pertumbuhan, evousi linier, multilinier, tipe-tipe social, dan good society.
Kemudian pemikirannya diterjemahkan menjadi diferensisasi sebagai interelasi dan integrasi berbagai aspek penting dalam system masyarakat. Ilmuwan social yang diajurkan oleh Spencer berusaha untuk keluar dari bias dan sentimen tertentu. Ia ingin menggambarkan bahwa betapa upaya mempertahankan ide dan kepentingan material cenderung mewarnai dan mendistorsikan persepsi seseorang dalam memahami realitas sosial. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung).
Emile Durkheim. Titik tekan kajian Durkheim berlwanan dengan kajian dari Spencer bahw individu dibentuk oleh masyarakat. Asumsi yang paling fundamental dalam pandangan Durkheim gejala social yang riil dan mempengaruhi kesadaran individu serta prilakunya dan berbeda dari karakteristik psikologi, biologi atau karakteristik individu yang lain. Gejala social atau fakta social yang riil dapat dipelajari dengan metode-metode empiric, yang memungkinkan tentang ilmu yang membahas masyarakat dapat dikembangkan. (Doyle Paul Jonshon, Teori Sosiologi Klasik dan Modern).
Jiwa suatu kelompok sangat mempengaruhi individu, ia mengatakan bahwa kesaaran kolektif berbeda dengan kesadaran individu. Kata durkheim aturan yang berada diluar kontrak memungkinkan diadakannya kontrak-kontrak social yang mengingkat kontrak dan menentukan sah tidaknya suatu kontrak. Aturan yang diluar kontrak inilah yang dikatakan sebgai kesadaran kolektif. Durkheim memberikan sifat yang ada pada kesadaran kolektif yakni exterior dan constraint, exterior berada diluar individu yang masuk kedalam individu dalam erwujudan sebagai aturan moral, agama dan yang lain. Sedangkan untuk constraint merupakan kesadaran yang bersifat memaksa. Kesadaran kolektif merupakan consensus masyarakat yang mengatur hubungan social diantara masyarakat yang bersangkutan. (Hotman M. Siahaan, Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi).
Kajian dalam ilmu sosial menurut Durkheim melakukan pembacaan terhadap realitas social dengan cara makrao dengan menggunakan pendekatan fakta social. Fakta social suatu kenyataan yang memiliki karakteristik khusus yakni mengandung tata cara bertindak berfikir dan merasakan yang berada diluar individu yang ditamankan dengan kekuatan koersif. Fakta social merupakan cara bertindak, yang memiliki cirri-ciri gejala empiric, yang terukur eksternal, menyebar dan menekan.
Kekuatan koersif merupakan kekuatan untuk menekan individu. Fakta social dapat dikaji melalui data diluar pikiran manusia, studi yang trukur dan emirik merupakan koreksi terhadap Comte dan Spencer. Fakta social merupakan kumpulan fakta individu, tetapi kemudian diungkapkan dalam suatu angka social. Angka merupakan representasi individu yang berkumpul sehingga menjadi plural. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung).
Dalam ilmu social positivistic bersifat bebas nilai, objektif dan dalam perubahan yang terjadi dalam masyarkat memandangnya pada evolusi social. Perubahan yang terjadi dengan evolusi tersebut yang menekankan pada ekulibrium ini, sehingga dalam ilmu social positivistic lebih bersifat status quo dan tidak peka perubahan. Pandangan yang digunakan dalam ilmu ini menggunakan pendekatan makro melihat realitas sosial dengan menggunakan system dan bagaiman individu terbentuk oleh system sehingga bersifat deterministic. Asumsi dasar dalam ilmu sosial positivistic memandang masyarakat bagaikan sebuah system organisme dimana satu yang lain saling berkaitan dan terdiri dari berbagai macam struktur dan menjalankan fungsinya masing-masing. Jika diturunkan dalam metodologi penelitian maka tujuan dari penelitian untuk menjelaskan dan memaparkan tentang gejala social, penelitian harus objektif terukur, bebas nilai, dan peneliti bersifat netral. Penelitian ini dapat digunakan untuk generalisasi terhadap persolan yang lain. Metode penelitian merupakan penelitian kuantitatif, denan menggunakan pencarian ata melalui angket dan kuosioner.

Orde Baru
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan Orde Lama Soekarno.
Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meski hal ini dibarengi praktek korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.
Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

slide faris